Kamis, 15 Agustus 2013

Esther,Pengalaman kedua, Eksib di Jalan yang berkelanjutan

Pengalaman keduaku ber-eksib ria, juga terjadi tanpa disengaja.

Setelah pengalamanku dengan Iwan .. sampai beberapa bulan aku tidak melakukan eksib sama sekali. Aku hanya mengenang2nya saja sesekali sambil bermasturbasi sendirian .. bukan sesekali sih .. kadang setiap hari malahan .. hihi.

Sebenarnya ingin untuk mengulang lagi .. tapi aku khawatir Iwan-nya nanti malah keg e-er’an, atau jadi mulut besar dan cerita yang aneh2 ke teman2ku. Bisa rusak pasaran dan nama baikku nanti. Memang sejak pengalaman itu dia jadi super baik kepadaku. Selalu ada saja alasannya untuk menunjukkan perhatiannya, entah sekedar membawakan coklat, menawari pulang bareng, membantu waktu pelajaran .. atau cara lain lagi .. tapi aku menanggapinya sewajarnya saja .. mencoba tidak memberi harapan.

….

Hari itu, hari sabtu, di pertengahan bulan februari, matahari sudah sedari pagi nampaknya enggan untuk memancarkan sinarnya dengan utuh. Mendung tebal menggantung di langit, seperti asap kelam yang membawa gumpalan – gumpalan air didalamnya.

Seperti biasa setiap weekend, sekolah cuma berlangsung setengah hari. 

Setelah diisi dengan olahraga dan kegiatan – kegiatan outdoor lain, akhirnya tepat pukul 1 siang, bel pulang bergema dengan kerasnya.

Aku mengemasi buku2 ku dengan sedikit tergesa, dipikiranku saat itu cuma ingin segera pulang, ada beberapa film baru yang sudah aku beli tapi belum sempat aku tonton. Lumayan lah .. bisa untuk membuang bosan di malam minggu .. 

Aku tidak terlalu suka keluyuran tidak jelas seperti yang kebanyakan anak2 muda lakukan di akhir minggu. Jalan ke mall, nonton bioskop, nongkrong di restoran atau cafĂ© .. mm .. jauhlah kebiasaanku dari situ.. Biasanya kalau lagi santai paling2 kegiatanku ya nonton DVD di rumah, main PS .. atau membaca komik …

Setelah memasukkan buku2ku ke tas, setengah berlari aku membawa task u bergegas ke tempat parkir. Ada beberapa cowok yang menyapaku sambil tersenyum .. aku membalas seperlunya .. semoga tidak hujan lah .. pikirku cemas sambil mempercepat langkahku.
Tapi harapan akhirnya tinggal harapan saja .. tepat ketika aku sampai di tempat parkir, hujan turun seperti air yang dituangkan dari langit .. busyet dah .. batinku sedikit kesal sambil terduduk di jok motorku.

Beberapa anak yang ada di tempat parkir terlihat menunggu juga, tapi beberapa yang lain terlihat tidak peduli dan langsung saja pergi menerobos hujan.

“ Esther .. !! “ Ada suara cempreng yang memanggilku, aku menoleh.

Tidak jauh dari tempatku menunggu ada seorang anak yang sudah siap di atas motornya. Leni namanya. Nampaknya dia juga tidak terlalu peduli dengan hujan, Cuma tasnya saja yang dia bungkus dengan plastic supaya tidak basah. Tapi badannya dia tidak peduli, bahkan jaket pun tidak.

“ Ayo jalan .. “ ajaknya sambil tertawa kecil, “ Cuma air saja, kenapa takut .. “
“ Dingin Len .. “ Sahutku
“ Nggak apa .. sebentar juga biasa .. “ Leni tertawa lagi, sengaja malah dia memajukan motornya keluar dari pelataran parkir. Guyuran air hujan terang saja langsung menghajar tubuhnya tanpa ampun, membuat baju seragamnya langsung basah kuyup, melekat di kulitnya. Membentuk siluet semi transparan yang membuat kulit tubuhnya sedikit membayang disana, “ Ayo .. sekalian dibasahin biar nggak kaget .. “ Ajaknya lagi sambil tertawa.

“Duluan deh Len .. ntar aku nyusul .. cari plastic dulu buat bungkus tas .. “ Suruhku sambil tertawa juga. 

Melihat baju seragam yang jadi transparan terkena hujan itu aku jadi punya ide lain. Hihi .. bagaimana rasanya ya kalau naik motor hujan2 sambil eksib .. pasti seru deh .. batinku mulai nakal. Memang kadang di fantasiku yang paling liar aku sering membayangkan bagaimana rasanya kalau berkeliling di tempat umum tanpa busana .. seperti yang beberapa kali aku lihat di situs2 internet .. pasti seru .. mmm .. membayangkannya saja sudah membuat vaginaku berkedut2 geli .. hihi.

Tidak membuang waktu lama, aku segera berlari ke kantin sekolah, mencari kantong plastic besar untuk membungkus tas-ku, sambil tidak lupa aku mampir juga ke toilet kantin .. hihi .. Di sana aku lepaskan bra dan celana dalamku .. time to be naughty nih .. batinku senang. 
Lalu dengan tas terbungkus dan seragam sekolah tanpa underwear aku berjalan kembali ke tempat parkir. Agak risih juga sih .. karena kebetulan dari kantin sekolah ke tempat parkir aku harus berjalan melewati kerumunan anak cowok yang juga sedang menunggu hujan .. deg2an juga .. khawatir kalau mereka tahu aku tidak memakai pakaian dalam dibalik seragamku.
Untungnya sampai kembali di tempat parkir, tidak ada satu orangpun yang curiga. Hehe .. aman .. batinku senang. Setelah menggantungkan tasku yang sudah terbungkus plastic di depan jokku, cepat2 aku pakai helm full face yang menutup wajahku sepenuhny … huff .. kalau begini kan tidak begitu keliatan kalaupun ada orang2 yang kebetulan kenal .. batinku .. jadi biar body saja yang bicara .. facenya tetap tersembunyi saja .. hihi.

Setelah semua persiapan siap .. tanpa menunggu lama aku pun segera meluncur keluar dari pelataran sekolah. Brrr … dingin juga rasanya waktu air hujan deras mengguyur tubuhku. Sedikit menggigil sih .. tapi aku tahan saja sambil tetap menjalankan motorku pelan - pelan.

Seperti yang aku harapkan .. air hujan yang turun deras membasahi baju seragam sekolahku sampai menjadi kain semi transparan yang melekat erat ditubuhku .. membuat warna kulitku jadi membayang samar terlihat dari luar .. aku tersenyum2 sendiri .. rasanya mulai hot nih .. apalagi waktu aku menegakkan tubuhku supaya air hujan juga rata membasahi bajuku dibagian depan.
Kain basah yang melekat erat didadaku menciptakan bentuk gundukan yang indah .. warna kulit yang membayang disana terlihat sangat menggoda .. apalagi karena aku tidak memakai bra lagi dibaliknya, putting susuku juga terlihat membayang coklat disana, seperti 2 titik mungil tersamarkan oleh badge sekolah yang melekat di saku seragamku. Aku tersenyum senyum saja dibalik kaca helmku. Beberapa pengendara yang menyalipku terlihat melihatku sekilas .. mungkin mereka agak penasaran karena melihat baju dipunggungku yang terlihat transparan dan bersih tanpa gangguan tali bh melintang ditengahnya.

Hihi .. mulai nyaman rasanya .. setelah beberapa saat berjalan .. rasanya mulai lebih percaya diri nih .. tidak ada yang usil menggoda atau bertingkah aneh2, pikirku. 

Saatnya untuk tantangan selanjutnya nih .. batinku lagi.. lalu sambil tetap menjalankan motorku, aku lepaskan 3 kancing bajuku yang paling atas, lalu sedikit aku sibakkan kainnya ke samping, tidak terlalu lebar sih, hanya supaya gumpalan buah dadaku bisa sedikit menyembul keluar dari sela2 kancingnya. Dan untung karena kainnya basah, jadi aku bisa menarik kain bajuku lebar keluar sampai hampir setengah bukit dadaku tanpa takut tersibak, jadi putingnya masih aman terlindung didalam baju .. hehe ..
Dari kaca spion aku lihat seksi sekali .. seperti dada Jennifer lopez di acara grammy award itu .. apalagi sedikit basah2 terkena air hujan .. wah2 bisa mengilar orang yang melihat ini nanti.. hihi.

Tidak berapa lama berkendara sudah makin banyak orang yang curi2 melihat ke arahku. Ada yang terang2an malah .. biasanya yang posisinya dibonceng .. setelah melihat sekilas biasanya mereka kemudian melihat lagi tanpa menoleh .. 
Aku sih hepi2 aja .. pura2 tidak sadar .. toh juga face-ku tertutup helm .. hehe
Untungnya lagi, di waktu hujan gini tidak terlalu banyak orang yang berkendaraan di jalan, adapun mereka sudah direpotkan oleh hujan, jadinya tidak bisa terlalu memperhatikan juga.

Tidak berapa jauh dari rumahku, aku berhenti karena lampu merah. Hujan masih turun dengan deras, jadi dideretan depan antrian hanya aku saja yang memakai motor. Dikiriku ada innova hitam dan di kananku ada angkot. Aku lirik dikursi depan angkot ada Bapak2 yang duduk tenang, matanya lurus saja ke depan, tidak menoleh2 .. type baik2, pakai kacamata, ada kumis tipis dan berbaju kemeja rapi..hihi, jadi pengen iseng nih.

Pelan2 aku pindahkan kaki-ku yang menjejak ketanah, jadi sisi kaki-ku yang terlipat keatas sekarang menunjukkan sisi paha dalamku kearah Bapak tadi. Lalu dengan satu tangan aku tarik rok-ku ke atas, sampai lebih dari sepertiga pahaku. Kesannya sih tidak sengaja, seolah rok-ku memang tertarik karena kakiku yang lain menjejak ke tanah. Tapi akibatnya pahaku jadi terbuka hampir sampai ke pangkalnya. Mm .. pasti asyik sekali dilihat dari samping nih .. bisikku sambil melirik pahaku sendiri.

Setelah aku yakin penampilanku sudah cukup baik mulailah aku menarik2 tuas gas motorku seperti umumnya kalau motor mulai ‘mbrebet’ terkena hujan, tidak lupa juga aku berlagak melongok2 melihat mesinku .. yang sebenarnya tidak apa2.

Tidak lama dari sudut mataku aku bisa melihat kalau Bapak yang di angkot itu sudah mulai melirik2 ke arahku, awalnya mungkin sekedar simpati melihat ada cewek sekolahan yang motornya mau macet .. tapiii … waktu matanya menyasar pahaku yang terbuka lebar .. dari sekedar melirik, sekarang dia sudah terang2an memelototkan matanya melihatku.

Aku tersenyum senyum saja .. kena deh .. batinku. Emang siapa sih yang bisa tahan melihat paha semulus ini dibiarkan terbuka.
Setelah yakin Bapak itu memandangiku, aku segera menegakkan tubuhku lagi, membiarkan dia sepuasnya memandangi aku yang masih diam dibawah guyuran hujan deras. Hihi.. tegang sekali rasanya .. sampai dinginnya air hujan pun tidak lagi aku rasakan. Aku yakin sekali, dari tempat Bapak itu memandangiku, dia pasti bisa melihat jelas buah dadaku yang menyembul padat dari sela2 kain bajuku yang terbuka lebar. Syukur2 kalau dia bisa melihat putting susuku yang menonjol keluar dibalik bungkusan baju seragamku yang transparan karena basah.

Hihi .. vaginaku yang tidak terbungkus celana dalam sampai terasa geli2 basah karena tetesean air hujan yang mengalir masuk ke sela2 pahaku .. eeehh .. kalo air hujan sampai masuk berarti kain rok-ku pasti naik banget dongg ?? .. ya ampunn .. jangan2 keliatan lagi vaginaku ?? .. batinku sedikit bingung .. tapi aku mau melihat kebawah takut juga kalau ketahuan ulah eksibku .. jadi ya aku biarkan saja lah sambil diam2 aku menahan debar2 di dadaku.

Beruntung tidak sampai 2 menit, lampu sudah berubah hijau lagi.

Angkot biru itu segera meluncur pergi, membawa Bapak itu yang masih sempat2nya menoleh memandangku. Hehe .. sorry ya Pak, segitu aja pertunjukannnya.

Puas mengerjai orang, aku segera meluncur pulang ke rumah. Vaginaku rasanya sudah basah banget nih .. hangat2 enak gitu .. pengen segera digosok2.. hihi.

Rumahku saat itu kosong, Papa Mamaku seperti biasa ada urusan keluar dengan rekan2 bisnisnya. Sugi pembantuku sedang pulang kampong. Jadi mau tidak mau aku harus mengurus diriku sendiri sepulang sekolah begini. Agak kesal sih, karena biasanya kalo habis kehujanan gini aku tinggal teriak2 minta dibuatkan minuman hangat atau mie kuah sambil berselimut .. 

Setelah masuk ke rumah, segera saja aku membuka semua pakaianku yang basah dan memasukkannya ke mesin cuci, Setelah menghidupkan mesin cuci aku bergegas masuk ke kamar mandi dan menghidupkan water heater. Agak menggigil juga kedinginan, semoga tidak masuk angin nih .. lagi banyak test.

Aku sedikit bernafas lega waktu air panas sudah mengalir keluar dari shower, nyaman sekali. Rasa dingin yang masih tersisa dari bekas2 kehujanan tadi seketika lenyap ketika air hangat itu membasuh tubuhku. Huuhh .. enaknya dingin2 gini disiram air hangat .. batinku sambil meratakan guyuran air ke sekujur tubuhku.
Sedang enak2nya memanjakan diri di bawah guyuran air hangat .. kriiinggg … bel pintu rumahku yang bunyinya mengalahkan klakson mobil itu berteriak keras.

“Adduuhh .. ya ampun .. siapa nih hujan2 bertamu . “ Sungutku sedikit kesal, awalnya aku ingin men-cuekin saja .. toh kalau dibiarin nanti juga pergi sendiri.

Tapi sialnya, bukannya pergi malah selang 1 menit kemudian bel itu berulang lagi …

Akhirnya sambil sedikit mengomel dalam hati, aku menyambar handuk dan setengah berlari menuju pintu.
Di depan pintu, aku lihat ada seorang anak yang menunggu dengan tubuh basah kuyup terkena hujan. Usianya kira2 masih seukuran anak SMP, tapi dari pakaiannya yang terlihat lusuh, dan sepeda gayung yang tersandar dipagar rumah, tafsiranku anak ini tidak sekolah.

“Ada apa Dik ? .. “ Tanyaku sambil membuka pintu sedikit. Aku hanya mengeluarkan kepalaku saja dari balik pintu, hati2, karena handuk yang aku lilitkan hanya menutup dada dan bagian atas pahaku saja
“ Eh .. Kak, maaf saya mau mengantarkan ini .. “ Katanya polos sambil menunjukkan bungkusan plastic yang sepertinya pernah aku lihat … ya ampunnn !!! itu kan tas sekolahku .. adduuhh, kok bisa jatuh ??

Segera aku membuka pintu lebar2 dan menyambar tasku cepat2.

“Lohh .. nemu dimana Dik ?? .. ya ampun, kok bisa2nya Kakak nggak nyadar tas-nya jatuh .. ?? “ Keluhku sambil memeluk tasku erat2 .. ya ampun, padahal isinya penuh banget dengan barang2 penting nih, buku pelajaran, catatan, pe-er .. kalau sampai hilang .. mampus deh !!
“Di lampu merah perempatan situ Kak .. ada catatan alamat kakak di dalamnya, jadi saya bisa anterin .. “
Jawabnya lagi polos, ya ampunn .. rupanya saking asyiknya ngerjain Bapak2 tadi sampai aku tidak sadar tasku jatuh dari motor .. yah, kuwalat deh. 

Aku memandang anak itu dalam2 dengan rasa terimakasih, dan juga kasihan. Dia sedang memeluk dirinya sendiri sambil menggigil kedinginan. Baru sadar aku, anak ini basah kuyup kehujanan. 

“Ayo masuk dulu Dik .. kedingingan gitu .. kakak buatin minum hangat ya ..” Ajakku iba.
“Nggak usah Kak .. ngerepotin .. saya langsung pulang saja .. “ Tolaknya halus.
“Ayooo .. Kakak harus kasih sesuatu juga buat kamu, sudah balikin tas Kakak .. “ Sahutku, setengah memaksa aku menarik tangannya masuk dan cepat2 aku tutup lagi pintunya supaya angin dingin tidak ikut masuk.
“Duduk dulu Dik … “ suruhku, sofa ruang tamuku terbuat dari busa yang dilapis Oscar, jadi aku tidak terlalu khawatir kalau basah, tinggal di lap saja, kering. Anak itu masih agak ragu2 duduk, mungkin takut sofanya basah, tapi dia duduk juga walaupun hanya diujungnya.

“O ya .. namanya siapa Dik ? “ Tanyaku
“Anto Kak .. “ Jawabnya pelan, dia memandangiku yang duduk di stool tepat didepannya. Agak lama dia melihat wajahku, seperti sedikit heran, lalu pelan2 dia melihat ke tubuhku yang cuma dibungkus handuk, pandangannya agak lama berhenti dipahaku. Aku sedikit heran awalnya, tapi baru kemudian aku sadar, handuk yang melilit tubuhku cuma sepanjang paha atasku saja, kira2 5 cm saja turun dari pangkal paha, jadi kalau sekarang aku duduk begini, tentu hampir sama saja aku duduk tanpa celana, mungkin dari tempat dia duduk, sedikit2 dia bisa melihat selangkanganku lewat sela2 kain handukku.

Agak risih juga rasanya … segera aku bangun berdiri ..

“ Dik kakak ambilkan handuk ya .. Adik ke kamar mandi saja dulu, buka bajunya itu biar nggak masuk angin .. “ Ajakku sambil menarik tangannya. Dia tidak menolak lagi, seperti kerbau saja dia ikut ketika aku mengarahkannya ke kamar mandi.
Di sana aku menghidupkan air hangat lalu menyuruhnya untuk masuk.
“Sana berhangat2 dulu Dik ..biar nggak terlalu dingin .. Kakak ambilkan handuk dulu.. “ Aku meninggalkannya dikamar mandi untuk mengambil handuk di ruang laundry.

Tidak lama aku sudah datang lagi dengan handuk kering dan pakaian milik Sugi, pembantuku.
“Ini handuknya Dik .. dan ada baju kering juga .. agak kebesaran dikit, tapi nggak apa daripada pakai baju basah. “ 
Kataku sambil mendorong pintu kamar mandi yang setengah tertutup. Ketika pintu terbuka, ternyata si Anto sedang berdiri dibawah shower menikmati siraman air hangat. Baju dan celananya sudah tertumpuk dilantai. Dia berdiri telanjang bulat, agak sedikit kaget waktu aku masuk, lalu malu2 dia menutup selangkangannya dengan tangan.

“ Ehh .. sedang mandi ya ..” Kataku sambil pura2 cuek, bukannya menutup pintu lagi, aku malah mendorongnya terbuka dan melangkah masuk. Toh masih anak kecil juga .. paling baru 14 tahunan umurnya .. pikirku waktu itu.
Melihatnya berdiri telanjang dari belakang begitu jadi penasaran juga aku. Bagaimana sih badan cowok itu sebenarnya .. hihi .. Awalnya aku cuma pandangin aja dari belakang, dia berdiri terus menghadap ke dinding, jadi Cuma pantatnya saja yang kelihatan. Tapi lama2 karena penasaran akhirnya aku putuskan untuk bergabung dengannya dibawah shower. Sekalian eksib nih .. kan tadi juga dia sudah ngelirik2.
“ Kita bareng aja ya Dik .. tadi Kakak juga lagi mandi tapi belum selesai .. “ Lanjutku , lalu masih dengan gaya cuek aku melepaskan handuk putih yang melilit tubuhku.
“ Ehh .. Kak ?? .. “ Anto mendesis bingung, kelihatan sekali ekspresi herannya waktu dia melihatku memasuki ruang shower dengan telanjang bulat juga. Matanya melihatin dadaku lama sekali, lalu turun sebentar menyambar bulu2 halus di pangkal pahaku sebelum kembali menatap dinding.

“Udah ..nggak apa, kamu masih kecil juga, ngerti apa sih .. lagian kakak yakin kamu anak baik kok, buktinya kamu mau hujan2 balikin tas kakak kan ..”, sambil tersenyum aku menggosok2 rambutnya yang sudah basah terkena air hujan bercampur air hangat dari shower.
Anto tersenyum, masih bingung tampangnya. Tanpa menghiraukan kebingungannya aku mengambil sabun dan mulai menggosok punggungnya dengan tanganku.

“Sini Dik, sekalian kakak mandiin .. “ Kataku sambil mendorong tubuhnya berbalik, dia menurutinya dengan agak kaku, mau menolak mungkin, tapi karena aku kuat mendorongnya, akhirnya dia mengikuti saja walaupun masih dengan bingung. Aku meratakan busa sabun yang aku gosokkan ke seluruh punggungnya, turun ke pantat dan kaki. Setelah rata semua, lalu aku menarik bahunya lagi menghadap ke arahku.

“ Depannya Dik, biar bersih sekalian .. “
“ Eh .. aduh .. jangan Kak, depannya Anto sendiri saja .. “ Tolaknya setengah berbisik, tangannya masih mendekap selangkangannya erat2 seperti takut kalau aku akan menggigitnya. Aku menarik tangannya lepas, setengah penasaran juga sih .. apa sih yang dia tutupin .. waktu itu aku belum pernah melihat bentuk penis seorang laki2 secara nyata .. lewat foto dan gambar sih sering .. tapi aslinya belum
“Ngapain sih malu Dik, kakak aja nggak malu kok .. sini buka .. “

Aku berusaha tegas, Anto memandangku bingung, agak takut, tapi tangannya tidak melawan waktu aku tarik membuka. .. lhoo … lumayan besar juga burungnya .. batinku geli .. tidak menggantung lemas, tapi mengacung tegak .. kira2 15 cm panjangnya.

Tidak lama2 aku memandangnya, takut kalau dia tambah malu, langsung saja aku usapkan sabun cair ditanganku ke seluruh tubuh depannya. Dia diam saja, melihatku masih dengan pandangan bingung, aku sendiri berusaha bersikap sewajarnya, pura2nya menganggap dia sebagai adik. Dari bahu dan dadanya, aku turun menggosok perutnya lalu turun lebih rendah ke tempat yang sedari tadi membuatku penasaran.

Sambil meratakan busa sabun, pelan2 aku genggam penisnya dan aku gosok pelan ke sepanjang batangnya .. huff .. keras juga ya .. licin kalau kena sabun begini .. batinku sambil aku pandangi penis Anto lekat2 .. anak itu tidak melawan lagi.. beberapa kali dia tubuhnya menegang setiap kali aku gosokkan jariku di sepanjang batang penisnya.

“Sakit Dik ? .. “ Tanyaku pelan sambil memandangnya. Dia memandangku balik malu2.
“ Nggak sakit Kak .. geli …” jawabnya pelan, mukanya merah sekali.
“ Geli enak ya ? .. “ Godaku lagi sambil masih menggenggam batangnya erat2, baluran sabun yang membasahi penisnya membuat tanganku sedikit licin waktu aku gerakkan maju mundur dengan lembut. Anto mengangguk malu. Sekilas aku menangkap matanya sekarang melirik buah dadaku yang menggantung terbuka di bawahnya. 

“Boleh pegang dada kakak kalau Anto mau .. “ Bisikku pelan sambil tersenyum … jadi ingat pengalaman pertama dengan si Iwan dulu.. hihi..
Anto melihatku ragu, tapi melihatku masih tidak melepaskan penisnya dari genggamanku dia lalu ikut mengulurkan tangan dan menyentuh dadaku.

Aku tidak tahan untuk tidak menutup mataku waktu tangan anak itu menggenggam gumpalan buah dadaku dengan lembut. Tidak seperti Iwan dulu, Anto tidak memegangnya dengan ragu, tapi menggenggam dan meremasnya dengan mantap, seperti orang yang sudah pernah melakukan sebelumnya. Tangannya yang kecil itu meraup seluruh bulatan tersebut dengan mantap, walaupun tidak mampu digenggamnya secara utuh, tapi kelima jarinya meraup keseluruhan bukit dadaku, meremasnya menjadi bola daging yang kenyal dan padat. 
Jarinya langsung memainkan puting susuku dengan gerakan berputar, membuat seluruh bulu tubuhku meremang oleh sensasi nikmat yang luar biasa. Fasih sekali .. pikirku .. aku jadi curiga jangan2 anak ini sudah punya pengalaman lebih dengan perempuan .. 

“ Agak cepat ngocoknya Kak ..” Bisiknya pelan sambil masih meremasi dadaku. Permainannya yang terampil remasan2nya yang lembut dan berirama, membuat aku tidak bisa menolak untuk mengocok penisnya dengan lebih cepat. Hebat nih .. batinku .. dengan tangannya saja yang bermain di dadaku dia sudah bisa membuat nafsuku naik langsung ke kepala .. 

“Kalau terlalu keras bilang ya Kak .. “ Bisiknya lembut sambil masih meremas2 dadaku seperti orang memerah susu sapi.
“mm … nggak apa Dik .. enak kok .. “ Jawabku, malu2 aku meliriknya .. maunya menggoda malah tergoda nih .. batinku. Permainan anak ini di dadaku memang lihai sekali .. dia tahu betul bagaimana meng-eksplorasi bagian2 buah dadaku dengan jari2nya. Membuat aku jadi sedikit terlupa kalau anak ini bahkan tingginya tidak lewat dari daguku.

“Kak .. digosokin di dada ya Kak .. ? “ Bisik Anto pelan sambil membelai belahan dadaku, tangannya yang lain menekan buah dadaku dari samping, sehingga sisi dalamnya melekat membentuk celah sempit ditengah2nya.
Aku melihatnya ragu, tapi setelah aku pikir sesaat .. ah, tidak ada salahnya coba2 variasi lain, aku lalu membiarkan saja dia menyelipkan penisnya ditengah2 belahan dadaku.

Air sabun yang mengalir dikulitku membuat batang penis anak itu bisa mudah bergerak licin ditengah jepitan bukit dadaku yang lembut dan montok. Awalnya aku hanya diam saja, anak itu menjepitkan sendiri buah dadaku sambil menggerakkan pinggulnya turun naik.
Tapi gesekan penis yang turun naik ditengah2 gumpalan buah dadaku itu lama2 menimbulkan sensasi yang aneh juga. Apalagi setiap kali anak itu mendorong pinggulnya turun naik, gesekan kulit pahanya diputing susuku membuatnya jadi makin keras dan sensitive. Seperti instink saja akhirnya aku sudah menjepit sendiri buah dadaku dengan tangan sementara Anto menaik turunkan pinggulnya sambil berdiri.

“Enak banget Kak .. kulit kakak mulus banget ..” Bisiknya setengah mendesah. Tangannya sekarang berpegang dibahuku, sambil sesekali jarinya menggerayangi leher dan telingaku dengan belaian lembut.
Aku tersenyum saja, antara bangga dan juga menikmati. Dari gayanya ini aku jadi yakin kalau anak ini sudah cukup punya pengalaman dalam hal sex. Entah dengan siapa .. Cukup heran juga mengingat tafsiranku anak ini pasti masih belum lepas dari bangku SMP… gila nih anak.

“Kak .. Anto mau keluar Kak ..” mendadak Anto berbisik pelan, wajahnya terlihat kacau. Aku memandangnya sedikit bingung .. jepitan didadaku malah aku longgarkan karena aku pikir anak ini seperti kesakitan saja tampangnya ..maklum ini pengalaman pertamaku melihat cowok orgasme .. 

Tapi Anto malah mendorong penisnya rapat2 ke dadaku sambil memperkuat gesekannya.. tangannya tidak ketinggalan ikut meremas dadaku keras2, membuatnya makin erat menjepit penisnya.
Dan tidak lama semburan cairan putih menyemprot keras dari ujung batangnya, cukup keras sampai sebagian membasahi sebagian wajahku. Baunya amis .. batinku .. ohh .. ini rupanya yang namanya sperma …

“ Aduhh .. Kak .. enak banget Kak .. “ Bisiknya masih dengan suara bergetar. 
Aku tersenyum saja .. hihi , seru juga melihat cowok orgasme ya.
Kaya orang kena setrum gitu gayanya .. kejang2 .. 

“Yah .. jadi belepotan nih dada kakak .. “ Keluhku sambil melihat ceceran putih di dadaku .. lumayan banyak sih .. sampai meleleh ke perutku juga.
“I .. iya Kak .. maaf .. Anto bersihin ya .. “ Anto melihatku dengan pandangan bersalah .. dengan tangannya dia mencoba mengusap ceceran sperma di dada dan perutku. Tentu saja tidak bisa bersih, malah jadi rata.

“ Ya udah Kakak mandi aja sekalian Dik .. nggak apa .. “ Aku menenangkannya sambil menghidupkan air shower. 
“Nih .. kamu sabunin badan kakak aja .. “ Kataku sambil menyuruhnya mengambil sabun.

Anto cepat2 mengambil sabun dan mengusapkannya ke dada dan pundakku yang paling banyak tersiram spermanya.
“Sekalian sabunin semua deh Dik .. “ Bisikku .. sentuhan tangannya yang berlumur sabun kedadaku menaikkan lagi gairahku yang memang belum tuntas tadi. Dalam hati aku juga ingin berorgasme sih .. masa si Anto aja .. tapi agak malu2 juga aku ngomongnya.

“Iya Kak .. “ Anto berbisik pelan sambil meratakan busa sabun ke seluruh tubuhku. Dia menyabun tubuh atasku dengan cepat .. sedikit lama di bagian dada sih, sambil agak diremas2 gitu.. sepertinya masih agak gemas dia dengan dadaku yang bulat dan montok ini. Tapi setelah lewat bagian perut dia agak lama berhenti … matanya memandangi pangkal pahaku seperti orang menyelidik sesuatu ..
Tapi sebelum aku sempat bertanya, dia sudah membasuhkan sabunnya lagi ke paha dan kakiku.

Aku merenggangkan pahaku waktu Anto menyelipkan tangannya pangkalnya, dia menggosok sebentar di sana selayaknya kalau dia membersihkan bagian itu dengan sabun. Tidak berlebihan sih sebenarnya, tapi aku yang tidak tahan untuk tidak menggelinjang ketika tangannya tanpa sadar menyentuh bibir vaginaku.

“geli ya Kak .. ?” Bisiknya sambil tersenyum melihat wajahku yang mulai memerah. Aku tidak menjawab, cuma mengangguk saja. Dia seperti sadar kalau aku menikmati gesekan tidak sengaja itu, sekarang malah melanjutkan menggesekkan tangannya ke pangkal pahaku. Dan seperti orang yang sudah berpengalaman saja, jari2nya langsung membuka lipatan vaginaku dan menyentuh klitorisku dengan gesekan2 lembut.

“Aduh .. iya .. disitu Dik .. enak banget .. “
Aku berbisik pelan, setengah mendesah. Anto tersenyum saja, dia kemudian mendorong tubuhku kea rah dinding, secara reflek aku menumpukan tanganku di dinding sehingga tubuhku sekarang sedikit mendoyong ke depan. Aku tidak melawan ketika Anto merengggangkan pahaku dan menyelipkan jarinya lagi di vaginaku. Dia menggesek2kan jarinya ke sana, merenggangkan bibir vaginaku dan .. ooppss .. aku mengejan lagi waktu aku rasakan sapuan benda yang basah dan hangat menyusuri pangkal pahaku. Membelai klitorisku, mengaduk2 sebentar di liang vaginaku lalu naik ke atas .. bahkan beberapa saat bermain di duburku .. lalu turun lagi ke bawah .. 

Adduuh .. nikmatnya .. dari cermin dinding di sampingku aku bisa melirik Anto sekarang berlutut di belakangku, dua tangannya meremasi bongkahan pantatku sambil sedikit membukanya keluar supaya dia bisa menyelipkan kepala dan mencumbui bagian dalamnya dengan lidah.

Gilaa .. anak ini sudah mahir sekali meng-eksplorasi tubuh wanita .. anak umur 14 tahun .. bukan main.
Diperlakukan seperti itu .. tidak berapa lama titik orgasme-ku sudah mulai terasa. Setiap kali Anto menyusurkan lidahnya menyapu klitoris dan vaginaku sekujur tubuhku seperti dijalari listrik 220 volt .. Aku tidak tahan untuk tidak mendesah lagi .. kaki2 ku sudah mulai gemetar dan tubuhku yang tadinya condong .. sekarang sudah makin rendah membungkuk .. pantatku naik menungging .. mengundang Anto untuk makin dalam mencumbu di sana.

Anak itu meresponnya dengan sapuan lidahnya yang makin intens dan cepat. Beberapa kali dia menyelipkan lidahnya ke liang vaginaku, menusuk2 ke dalam seperti berusaha untuk masuk lebih jauh .. lalu dengan lidahnya dia mengaduk2 vaginaku .. membuat aku makin mengejang2 keenakan.
Beberapa menit kemudian akhirnya orgasme itu datang juga ..

“Adduhh .. kakak sampai Dik .. “ Aku mendesah .. tubuhku bergetar2 keras merasakan getaran kuat yang menjalar sampai ke ujung2 rambutku. Melihat aku tengah ada dipuncak kenikmatan, Anto mengurangi intensitas cumbuannya … dia sekarang hanya meremasi pantatku sambil menghujani punggungku dengan ciuman2 lembut bibirnya.. romantic sekali .. kalau tidak melihat body-nya yang masih kecil pasti aku mengira anak ini adalah pria dewasa yang sudah matang sekali dengan hubungan sex.

“ Adduuh .. aahh..” Aku mendesah lagi waktu tangan Anto menjalar kedepan dan meraup dua buah dadaku dari belakang. Dia meremasnya lembut lalu memilin2 putting susuku .. memberi kenikmatan lebih dalam orgasmeku. Aku cuma bisa geleng2 kepala saja .. bahkan dalam mimpipun aku tidak pernah membayangkan akan mendapat kenikmatan sebesar ini dari seorang anak SMP.
“Nikmat sekali Dik … kamu belajar di mana ? .. udah sering ya beginian ? .. “ Tanyaku sambil masih membungkukkan tubuhku. Karena posisiku yang membungkuk dengan Anto mengulurkan tangannya meremasi dadaku,otomatis penisnya sekarang menempel erat dipangkal pahaku. Dan karena posisi penisnya sekarang sudah tegak lagi, batangnya malah jadi terjepit ditengah2 pahaku. Menempel dengan belahan vaginaku yang masih basah oleh cairan .. rasanya jadi aneh2 nikmat waktu tidak sengaja dia bergerak2 untuk menggapai buah dadaku.

“Di kost sering lihat tante2 sebelah rumah Kak .. “ Jawabnya polos, masih sambil meremasi dadaku dan menggerak2kan pinggangnya maju mundur. Mungkin dia merasa kalau aku menjepit penisnya dengan pahaku, dan karena batang penis itu sekarang sudah basah kuyup dengan cairan dari vaginaku jadinya dia bisa bergerak licin menyusuri pangkal pahaku dengan lancar.

“Kakak saya juga sering main sama pacarnya di kost ..” Sambungnya lagi..
“Lihat aja atau pernah juga ??. .. “ tanyaku lagi menyelidik. Gesekan penis Anto di vaginaku sekarang mulai lagi membawa setruman2 kecil ditubuhku. Kalau dilihat dari samping, di kaca full body, seolah2 sekarang aku tengah disetubuhi dari belakang .. sensasional sekali posisinya .. Buah dadaku yang menggantung padat sedang diremas2 oleh anak kecil yang penisnya melesak masuk ke tengah2 bongkahan pantatku yang bulat menungging .. ya ampun .. melihatnya saja sudah membuat aku jadi lebih horny ..

“Pernah juga Kak .. beberapa kali .. tante juga yang ngajarin .. “ Wihh .. gila nih, anak segini sudah pernah main sama tante2 ..batinku .. “ Sama kakak juga pernah sekali .. “ Sambungnya lagi membuat aku jadi lebih tidak habis pikir.
“Sama Kakakmu ??? “ tanyaku setengah tidak percaya
“Iya Kak .. Kakak lain Ibu .. Bapak nikah lagi .. istrinya dua .. “ Jawabnya ringan, terlihat dia sekarang mulai mengatur penisnya di depan vaginaku. 

Aku bisa merasakan kepala penis itu sudah menyeruak bibir vaginaku, siap untuk ditekan masuk.
“ Dik .. jangan masukin ya .. Kakak masih perawan .. “ Bisikku halus, memang nikmat sih .. tapi aku tidak mau menyerahkan kegadisanku pada anak yang tidak jelas begini .. batinku.
“Iya Kak .. ujungnya aja ya .. “ Anto menjawab .. dia tidak memindahkan penisnya, tapi menggenggam batangnya dengan tangan .. jadi ujung penis itu masuk sedikit ke vaginaku tapi tidak bisa masuk lebih dalam karena batangnya tertahan oleh tangannya … hebat juga tekniknya .. batinku sedikit heran.

Lalu pelan2 dia mulai menggerakkan pinggangnya maju mundur .. aku mendesah lagi. Anto menahan pinggangku dengan tangannya yang lain .. menjaga tubuhku supaya tetap merapat sehingga kepala penisnya bisa tepat masuk di liang vaginaku sementara dia bergerak seperti orang bersenggama .. atau memang kami sedang bersenggama ?? 

Aku tidak banyak berpikir lagi .. tusukan2 penis divaginaku sudah membuat tubuhku kembali menegang. Sementara dibelakangku Anto maju mundur dengan penisnya aku sudah sibuk meremasi sendiri buah dadaku sambil mendesah desah nikmat.

Anto melihat tingkahku di cermin dengan mata kecilnya .. pemandangan erotis itu kelihatannya membuat dia jadi makin bernafsu memaju mundurkan kepala penisnya keluar masuk vaginaku .. beruntung dia tidak mendadak melepaskan genggamannya .. kalau lepas bisa dipastikan penis itu akan meluncur masuk kedalam vaginaku yang sekarang sudah basah sekali oleh cairan cintaku.

“Aduhh .. kak .. Anto mau keluar .. “ Keluhnya pelan.
“Tunggu bentar Dik .. tahan sebentar .. “ Balasku .. orgasme ku juga sudah mulai terasa .. tapi masih perlu beberapa saat lagi. Anto mengerang.. dia mengalihkan kepala penisnya tidak lagi menusuk kedalam vagina tapi sekarang menekan diklitorisku. Memutar2nya disana sebentar sebelum kembali menggerakkannya maju mundur.

Aku mendesah makin keras .. tekanan2 intens kepala penis Anto diklitoris-ku membuat rangsangan kenikmatan yang melanda tubuhku jadi luar biasa kuat. Dan hampir bersamaan dengan semburan hangat sperma Anto dipantatku, aku menggapai orgasmeku berikutnya.

“Aaahh .. aduhh .. kakak sampai Dik .. “ Desahku lagi .. sambil menegangkan tubuhku.
Lemas sekali rasanya sampai tidak sadar aku jatuh duduk di lantai kamar mandi.
Anto aku lihat juga masih menggenggam penisnya .. sisa2 cairan putih masih menetes dari sana ..
“Enak banget Kak .. “ Bisiknya malu2 sambil melihatku.

Aku balas tersenyum .. bukan main anak ini. Baru SMP tapi pengetahuannya sudah banyak sekali tentang sex.
“ Kakak selesaiin mandi dulu ya .. nanti kesorean .. keburu ada yang pulang .. “
Aku mencoba berdiri, lemas banget .. Anto melihatku agak kesusahan segera membantuku berjalan menuju shower.
Aku menghidupkan kran shower dan segera mulai membasuh tubuhku. Kali ini Anto betul2 membantu membersihkan tubuhku dengan sabun dan air. 

Tidak ada lagi raba2an .. ehh ada sih sedikit2 .. tapi tidak keterusan … hihi.

Setelah selesai mandi Aku memakai kimono saja ke ruang tamu, Anto memakai lagi pakaiannya yang basah .. ya mau bagaimana lagi .. Cuma baju itu yang dia bawa.
Tapi hujan sudah reda .. jadi aku pikir .. tidak apa-lah .. nanti toh kan kering kena matahari .. lagian juga sudah cukup dihangatin kok .. hihi.

“ Anto pergi dulu ya Kak .. terimakasih banyak .. “ Katanya sambil membuka pintu.
“Iya Dik .. terimakasih banyak tasnya sudah dianterin ya .. “ Balasku sambil tersenyum
Anak itu tersenyum saja .. matanya melirikku sekilas.
“Kakak cantik sekali .. “ agak ragu2 dia berucap, aku tersenyum saja senang.
Tak berapa lama, dia sudah mendorong sepeda gayungnya keluar dari pelataran rumahku.
Sejak hari itu aku tidak pernah lagi melihatnya .. tidak juga di perempatan lampu merah tempat aku menjatuhkan tasku .. tidak juga ditempat lain

Sebenarnya dalam hati aku berharap bisa bertemu dia lagi .. atau mendadak dia datang ke rumah .. tapi sampai lama sesudahnya aku sama sekali tidak pernah melihat sosoknya lagi.

Rumput Tetangga Lebih Hijau

Pada saat aku masih tinggal bersama istri dan anakku dirumah kontrakkan di daerah Bekasi, kehidupan kami cukup mapan untuk ukuranku yang hanya seorang pegawai Outsourcing pada sebuah perusahaan BUMN. Kehidupan sexku pun normal dan wajar seperti layaknya orang yang sudah berumah tangga, dengan rutinitas hubungan dengan istriku seminggu dua sampai tiga kali saja. 

Hingga pada suatu ketika kontrakan disebelahku di tempati oleh seorang yang masih temanku bersama istri dan anaknya yang masih balita seumuran dengan anakku. Aku yang sudah sejak masih bujangan sudah mata keranjang, kontan saja tertarik oleh penampilan dan chasing istri temanku itu. Astuti dan biasa dipanggil Mba Tuti adalah wanita keturunan jawa berwajah ayu dengan tubuhnya yang mungil namun cukup menarik dengan keseksian yang dia miliki. 

Begitupun dengan Astuti yang sama sama bekerja di suatu pabrik, sering menitipkan kunci rumahnya juga terkadang anaknya kepada kami, disaat hendak bepergian keluar rumah. Dan semenjak ada mereka keakraban diantara keluarga kami mulai terasa, dan aku sendiri mulai dengan hayalan hayalanku yang datang menghiasi pikiranku karena begitu terpesona oleh keayuan Astuti, sering akupun curi curi pandang kepadanya yang terkadang hanya mengenakan daster tipis saat dirumah.

Suatu ketika disaat aku sedang libur dirumah Mba Tuti datang dengan menitipkan kunci rumahnya, yang katanya mau pergi kerumah orangtuanya bersama anak dan suaminya. Saat itu aku yang sedang sendiri dirumah karena anak dan istriku sedang ada keperluan dikampung untuk beberapa hari, menerima anak kunci yang dititipkan Mba Tuti kepadaku.

“…Mas Purwo titip kunci ya Mas…mau kerumah orangtua…” katanya.

“…oh iya Mba…” jawabku dengan tersenyum.

Setelah kepergian Mba Tuti bersama anak dan suaminya, kontan timbul niatku untuk masuk kerumahnya dengan kunci yang baru saja dititipkan kepadaku. Dengan celingukan mulai kubuka pintu rumahnya dengan perasaan berdebar, setelah berada didalam aku lalu bergegas menuju kekamarnya dan kubuka lemari pakaian yang tidak terkunci itu. Terlihatlah olehku sederet pakaian pria dan wanita yang tergantung rapi, lalu kuambil pakaian wanita yang berbahan sangat lembut lalu kuciumi dan kukeluarkan kontolku lalu kukocok kocok dengan pakaian wanita itu. 

Aku yang sedang berhayal menggumuli tubuh Mba Tuti yang seksi itu, lalu mengambil BH dan CDnya dan kuperlakukan sama seperti tadi kujadikan sarana pengocok batang kontolku. Hayalanku terus berlanjut dan dengan mengambil lagi sepotong pakaian wanita lalu kututupi bantal guling dengan pakaian wanita itu dan dengan menghayalkan sedang menggumuli tubuh Mba Tuti, lalu kutindihi bantal guling itu dengan kontolku yang sengaja kubungkus dengan CD wanita yang aku yakin milik Mba Tuti. 

Dengan penuh nafsu kugumuli terus bantal guling yang tertutup oleh pakaian Mba Tuti, hingga terasa air maniku sudah di ujung dan ku lepaskan lalu ku semprotkan ke CD Mba Tuti…”…aahhh Tuti…crot…crot…crot…!”
Akupun sibuk mencoba membersihkan bercak spermaku di CD itu, agar tidak meninggalkan noda yang nanti membuat Mba Tuti curiga. Hal ini kulakukan karena begitu terobsesi oleh keayuan dan kemolekan tubuh Mba Tuti, dan menjadikan aku seperti saat ini yang telah kukalukan dikamarnya.

Keesokkan harinya Mba Tuti tidak berangkat kerja seperti biasanya, dia hanya seorang diri dirumah kontrakannya dengan anaknya yang masih menginap dirumah neneknya di Tambun. Begitupun aku setelah melihat Mba Tuti ada dirumah sengaja tidak masuk kantor dengan alasan ada keperluan, dan pagi itu kulihat Mba Tuti sedang menjemur pakaiannya setelah mandi, kelihatan dari rambutnya yang masih basah.
Dengan berpura pura baru melihatnya akupun mengahmpirinya,

“…Loh Mba Tuti ngga masuk kerja…?” kataku.

“…iya mas lagi ngga enak badan nih…!...Mas purwo juga ngga masuk kerja…? Tanyanya kemudian.

“…kalo saya tadi ijin Mba…mau ada urusan keluarga, sebetulnya sih ngga ada, Cuma kepengen libur aja…!” kataku.

“…jangan keseringan begitu Mas…nanti jadi kebiasaan loh…!” katanya dengan mengingatkan.

Obrolan kami terus berlanjut hingga Mba Tuti selesai dengan jemurannya, dan dengan penuh keramahan dia pun menawarkan untuk sekedar minum kopi dirumahnya,

“…ayo masuk Mas Purwo biar kubuatkan kopi…!?”

“…ngga apa apa nih Mba…nanti jadi merepotkan…?!” jawabku basa basi.

“…udah kalem aja Mas…ayo silahkan masuk…!” katanya lagi.

Akupun masuk kerumahnya dan Mba Tuti langsung kedapur membuatkan aku secangkir kopi, dan saat menaruh kopi dimeja sempat terlihat buah dadanya menggantung saat dia membungkuk. Begitu melihat hal itu spontan batang kontolku ngaceng, dan mulailah pikiran pikiran kotor kembali menyeruak kedalam kepalaku.

“…Mba Tuti memang apa sih yang dirasa Mba…mungkin bisa saya bantu pijitin biar rada mendingan…!” kataku sambil menawarkan jasa.

“…ini loh mas badanku kok rasanya seperti meriang…!” katanya mengeluh.

“…coba Mba duduk sini biar aku pijitin Mba…!” kataku lagi berharap.

“…emangnya Mas Purwo bisa ngobatin…dengan pijit…?” tanyanya penasaran.

“…kalo kata yang pernah saya pjitin sih lumayan enakkan…!” timpalku lagi.
Lalu dengan alasan takut keliatan orang akupun mengajaknya untuk kupijat dikamarnya,

“…maaf Mba ngga enak kalo keliatan orang, gimana kalo dikamar Mba aja…?”

“…ya udah Mas kita dikamarku aja…” katanya menerima saranku.

Di dalam kamarnya sambil duduk ditepi ranjang aku mulai memijat pundak Mba Tuti, dan kuminta untuk menggulung rambutnya yang menutupi lehernya. Saat itu Mba Tuti memakai daster tipis bercorak kembang kembang dan sambil terus memijat tanpa setau Mba Tuti aku kian merapatkan dudukku ketubuhnya yang duduk dihadapanku, keharuman tubuhnya semakin membuat kontolku ngaceng. 

Pijatanku kini turun ke punggung dan pinggangnya terus naik lagi kesamping dibawah ketiaknya, Mba Tuti hanya diam menikmati pijatanku sambil memejamkan matanya. Dan sengaja kuberikan pijatan pijatan pada titik titik sensitif tubuh Mba Tuti yang akan membangkitkan rangsangann dan hasilnya mulai terlihat dengan mulai terdengarnya desahan dan rintihan halus dari mulut Mba Tuti.

Hal ini membuatku semakin memfokuskan pijatanku kedaerah sensitif tunuh Mba Tuti, dan kuberanikan dengan tambah merapatkan badanku ketubuhnya, dan aku mulai dengan memijit dari pinggang terus kedepan parutnya lalu naik lagi secara perlahan kebawah buah dadanya. Dan sengaja pula aku dekatkan wajahku keleher Mba Tuti agar hembusan nafasku menerpa dan menggelitik kulit leher jenjangnya yang mulus, dan kini desahan Mba Tuti semakin terdengar olehku dan sekarang tanganku bukan lagi memijit tapi meraba mengusap dan mengelus elus tubuhnya.

Dan selanjutnya dengan perasaan berdebar mulai kusentuh dan kuraba bagian paha dan selangkangan Mba Tuti, dan Mba Tuti semakin menampakkan kenikmatan atas perlakuanku disekitar daerah sensitifnya. Lalu dengan seolah tidak sengaja kesentuh kulit leher Mba Tuti dengan ujung hidungku dan terus ku sentuh lagi dengan bibirku, dan terkadang dengan kumisku yang jarang hingga akhirnya tubuh Mba Tuti rebah kebadanku.

Aku bernikan untuk menyusuri leher jenjang Mba Tuti dengan hidung dan bibirku, dan Mba Tuti tidak menampakkan dirinya akan marah kepadaku, tapi sebaliknya dia semakin menengadahkan kepalanya membuat permukaan lehernya semakin terbuka seakan minta aku untuk melakukan lebih dari apa yang tadi kuperlakukan sudah aku lakukan tadi. Maka dengan kubernikan kini mulai kuciumi dan kuselingi dengan jilatan jilatan kecil di leher jenjangnya, dan sekarang semakin jelaslah desahan kenikmatan yang dirasakan oleh Mba Tuti.

“…sssshhhh…hhhmmmsssffffhh…”

Dan dengan tanganku kini kuraba bagian dadanya dan kuremas dengan perlahan, dan dengan hati hati mulai kubuka satu persatu kancing daster Mba Tuti yang ada di bagian dadanya. Dasternya yang yang sudah tidak terkancing lalu kutarik dari samping kanan dan kirinya secara bersamaan kebawah dan mulai terlihat jelas pundaknya yang mulus, dan segera kuhujani denga jilatan jilatanku menyusuri leher hingga pundak Mba Tuti.

Akupun dengan segera pula mulai menggeser tali kutang di pundak Mba Tuti dengan perlahan hingga jatuh di samping tangan kanan dankirinya, dan kukeluarkan daging buah dadanya dari mangkok BHnya, lalu kuremasi dengan perlahan dan sesekali kupilin putting susunya hingga desahan Mba Tuti semakin terdengar.

“…ssshhhaaahhhh…eeeehhhhmmffffsss…”

Melihat hal ini aku semakin berani dengan tindakanku selanjutnya, kurebahkan tubuh Mba Tuti di pangkuanku lalu kulumat bibirnya dengan dibalas pagutan bibir Mba Tuti. Dengan tangan kananku yang menyanggah kepala Mba Tuti mulai, terus kami perpagutan dalam lumatan dan dengan lidah kami yang saling membelit didalam mulutnya. Lalu dengan tangan kiriku mulai merambahi daerah sekitar vagina Mba Tuti yang masih memakai celana dalam, dan kukorek ditengah belahan bibir vaginanya yang sudah lembab dengan cairan kewanitaannya yang meresap hingga ke celana dalamnya yang berbahan katun berwarna putih.

Pelan-lahan, aku membaringkan tubuh Mba Tuti ketengah ranjang. Aku menindih Mba Tuti sambil meneruskan pelukan. Ciumanku, aku arahkan ke lehernya, kemudian terus hingga ke buah dadanya. Aku hisap dan gigit putingnya, bergantian, kiri dan kanan. Mba Tuti menggeliat keenakan. Aku hisap semaunya, dengan diiringi oleh rintihan Mba Tuti. Dengan perlahan kuturunkan celan dalamnya dan kini nampaklah vagina Mba Tuti Kemudian, aku berhenti aku lihat kemaluannya agak merah dihiasi dengan bulu-bulu halus yang tersusun rapi. Kelihatan kelentitnya yang merah bergerak-gerak pelan.

Aku terus mencium, kini bagian pusarnya aku jilat. Aku turun lagi, hingga ke pangkal vaginanya. Vaginanya kelihatan basah dan berair aku jadi tambah nafsu, terus aku ulurkan jari aku ke kemaluannya. Aku usap dengan lembut bibir kemaluannya Mba Tuti mengerang keenakan sambil menggerak-gerakkan pantatnya. Aku mainkan kemaluannya, kelentitnya aku gigit pelahan, dan terangkat pantatnya menahan kenikmatan itu.
Kelentitnya yang aku mainkan dengan lidahku berulang-kali, tiba-tiba tubuh Mba Tuti mengejang lidah dan bibirku terasa basah.

"Ahhhhhh ........ hhhhhhhhhh ............"

Rupa-rupanya Mba Tuti sudah klimaks. Aku berhenti menjilat dan usapkan bibirku dengan sprei ranjangnya. Aku memainkan jariku di vaginanya. Aku masukkan sedikit, dia mengerang. Aku tusuk dan tarik lagi, dia mengerang makin kuat, suara yang semakin menaikkan nafsuku. Dengan sedikit tergesa kuturunkan celanaku dan segera kuarahkan kepala kontolku keliang memek Mba Tuti, dengan sedikit gesek gesekan di belahan bibir vaginanya lalu dengan sekali sodokan kuhujamkan batang kontolku keliang memek Mba Tuti…dengan diiringi erangan panjangnya.

“…aaaarrrgggghhh…OOOhhhh…sakit…Maaassshhh….!!!” 

Dengan tidak memperdulikan rintihan dan erangan Mba Tuti aku terus menggenjot liang memeknya dengan penuh nafsu dan kasar, dan dalam ritme sodokkan yang tidak beraturan.

“…aaahhh memek Mba uenaaak…tenan…!” kataku disela sodokan sodokanku.

Lalu kurenggut dengan kasar sisa baju daster Mba Tuti yang masih tersisa di tubuhnya, dan kugenjot terus hingga tubuh Mba Tuti terguncang guncang hebat diatas ranjang. 

“…Maaasss sakit Maaas…aku ngga kuaaat…Maaassshhh…!” rintihan Mba Tuti memelas.

Akhirnya dengan semakin memepercepat genjotanku di liang memeknya, akupun sampai pada klimaks dan dengan menekan keras ke memek Mba Tuti aku semburkan lahar panas spermaku didalam rahimnya.

“…aaaahhhh…Mba Tutiiii…memek Mba puleenn…ooohhh…crot…crot…crot…!!!”

Akupun jatuh diatas tubuh Mba Tuti dengan peluh yang luar biasa banyak dan dengan bibirku kembali kulumat bibir Mba Tuti, dan disela isak tangisnya,

“…maafkan saya Mba…saya sudah lama menginginkan tubuh Mba…” kataku.

Mba Tuti tidak menjawab hanya isak tangisnya yang masih berkepanjangan terdengar olehku. Aku mengambil rokokku dan beristirahat ditepi ranjang, perlahan Mba Tuti bangun dan terus kekamar mandi, setelah itu terdengar air yang tercurah disiramkan ke tubuhnya.

Aku hampiri Mba Tuti yang sedang mangeringkan rambutnya dengan handuk, dan dengan tubuhnya yang hanya terbelit kain kemben batik. Melihat hal itu aku kembali dengan kedutan kedutan di kontolku, aku terangsang lagi dan dengan segera kupeluk tubuh Mba Tuti dari belakang dan kembali kuhujani dengan ciuman dan jilatan jilatan di sekitar leher jenjangnya.

“…sudah Maas…saya ngga mauuu…aaahhh…!” erangannya.

“…jangaaaannn…Maaasss….oohhhgggffss…” 

Mba Tuti meronta dan menolak apa yang kuinginkan, dengan tangannya yang mulai menjambak dan memukuli kepalaku. Aku yang sudah begitu bernafsu dengan mudah ku angkat dan kubopong tubuh Mba Tuti dan kuhempaskan keatas ranjang, dan segera kutindih. Lalu dengan kasar kusingkap kain kemben bagian bawahnya dan kubuka kedua paha Mba Tuti dengan dengkulku, lalu kuarahkan kepala kontolku keliang memeknya dan kutekan dengan dorongan penuh Bleess…

“…aaaahhhhh…..!!!”

Lalu dengan dengan kasar ku genjot liang memek Mba Tuti, dan akhirnya Mba Tuti hanya diam pasrah setelah kutubleskan batang kontolku seluruhnya. Sodokkan dan genjotanku semakin kencang dank eras hingga ranjang pun berderit seirama ayunan tubuhku diatas tubuh Mba Tuti, dan untuk kedua kalinya akhirnya kembali kusirami rumput tetanggaku itu dengan air maniku…

“…aaahhh…crot…crot…crot…!!!”

Dengan perasaan puas lalu kupunguti pakaian ku yang berserakan dilantai, dan kuhampiri Mba Tuti yang terisak diatas ranjangnya dengan kain kembennya yang sudah compang camping kurenggut dan kubuka secara paksa hingga meninggalkan banyak sobekkan disana sini, dan dengan mesra ku lumat bibirnya dan kambali kubisikan…

“…maafkan saya Mba…sejak kepindahan Mba kesini…saya sudah jatuh hati sama Mba…sekali lagi maafkan saya ya Mba…!”

Akupun keluar dari rumah Mba Tuti, dengan tidak lupa menyeruput sisa kopi yang tadi dibuatkan Mba Tuti untukku.

The End…